Jumat, 27 Desember 2013

Belajar Fisika Lewat Naruto



Ada yang berkata judul tulisan ini sangat ngawur. “Mana bisa kita belajar lewat kartun. Fisika kan mata pelajaran yang seram lagi menyeramkan, jadi harus dipelajari dengan serius.” Nah, kalimat terakhir inilah yang menjadi beban kami. Orang-orang yang ditakdirkan mengajar apa yang ditakuti banyak siswa. Alhasil, banyak di antara kami turut ditakuti. Padahal wajah banyak diantara kami berwajah lugu dan lucu. Tidak pantas untuk kalian benci. Hihi.


Satu siswa privat saya ini cukup istimewa. Pada awal-awal pertemuan, Ibu dari si anak pernah mengatakan bahwa anaknya butuh perhatian lebih. Degh, apa maksudnya? Katanya si anak ini kalau bosan belajar akan menunjukan sikap kontraproduktif alias ogah-ogahan. Hmm…


Suatu hari saya harus menyampaikan terkait materi perpindahan kalor. Kita tahu salah satu proses perpindahan kalor adalah konveksi. Proses ini terjadi tidak hanya pada zat cair, tapi juga pada gas. Ciri dari konveksi adalah adanya gerakan memutar partikel-partikel yang menyusun zat cair atau gas. Namun sulit juga mengambarkan gerakan partikel pada gas. Beda halnya pada zat cair yang jelas-jelas bisa dilihat oleh mata. Pernah saya sampaikan sesuai penjelasan di buku. Tidak berhasil. Bosan kali ya, buka buku lagi, buka buku lagi. Oh ya, coba dibuat lebih kongkrit.


“Dek, pernah lihat balon yang diisi udara lalu dipanaskan. Pasti akan meledakkan? Nah, ini disebabkan karena partikel udara atau gas di dalam balon bergerak-gerak.”

“Seperti Naruto saat latihan jurus Rasengan ya, Mas?”

“E… Iya, iya betul.” Sambil mengingat-ingat adegan salah satu komik Jepang itu.


Bagi yang tidak mengikuti komik atau serial Naruto, saya ceritakan sedikit. Jadi begini, Naruto adalah murid ninja yang sedang mempelajari banyak jurus sebelum melawan musuh-musuhnya. Salah satu jurus yang dia pelajari adalah Rasengan. Jurus dengan membuat pusaran cakra pada tangannya. Dalam sesi latihan bersama gurunya, Naruto menggunakan media balon. Jadi balon akan diisi cakra, kemudian cakranya dibuat pusaran. Beberapa pusaran bergerak sangat cepat, alhasil beberapa kali balon meledak.


Maaf ya, namanya juga cerita komik, wajar kalau sangat mengada-ada dan penuh fantasi. Sekali lagi mohon dimaklumi. Oh iya, cakra itu semacam tenaga dalam. Oleh si pengarang, cakra digambar menyerupai angin. Oleh karena itulah, saat itu saya ibaratkan cakra sebagai angin atau gas.

Nah, ketika melihat siswa senang karena jawabanya benar, saya lanjutkan cerita-cerita mengenai Rasengan dengan bumbu-bumbu fisika. Lalu membuat kesimpulan,


“Jadi, kalau energi panas di dalam balon semakin besar, partikel-partikel gas akan bergerak semakin cepat. Kalau lebih besar akan lebih cepat. Lebih besar lagi, lebih cepat lagi. Hingga akhirnya partikel-partikel mampu merobek permukaan balon dan meledak.”


“Ohhh…” Terlihat wajah siswa lebih antusias.

Pernah juga kita sampai pada materi Pemisahan Campuran bagian destilasi. Saya terangkan salah satu contoh pemanfaatan destilasi adalah penyulingan air laut atau pembuatan air tawar dari air laut. Tak berapa lama, si siswa langsung menyambar.


“Ohhh… seperti yang di One Piece itu ya?” Kemudian dia langsung mengambil pulpen dan mengambar sesuatu di buku tulisnya.


“Mmm…” Saya tidak bisa langsung menjawab. Serial komik yang satu ini sudah lama tidak saya ikuti. Terakhir saya lihat penayangannya di TV belum ada episode tentang desitilasi.

“Yang beginikan, Mas? Air laut dipanaskan. Menguap. Uapnya ditampung. Jadi air tawar.” Semangatnya menunjuk-nunjuk hasil gambarnya pada saya.


“Eh… iya. Lho memang episode yang mana di One Piece ada alat destilasinya? Soalnya terakhir saya nonton saat episode Skypie?”

“Lho Mas suka One Piece juga ya?” Dengan wajah heran dia malah balik tanya. Kok yang ngajar Fisika ngerti komik, begitu mungkin yang ada dipikirannya.


Itulah sekelumit tentang pengalaman saya mengajar menggunakan media komik. Sempat mengikuti komik dan serial kartun di TV ternyata tidak selamanya buruk. Karena sampai saat ini saya percaya, komik yang dikarang terutama orang Jepang, sering memasukan beberapa fenomena ilmiah. Meski dalam presentase yang kecil.

Bagian yang sedikit inilah yang sedang coba saya manfaatkan. Semoga siswa yang kata ibunya perlu perhatian lebih ini, benar-benar saya perhatikan. Akan lebih banyak kembali mengkaitkan pengetahuan fisika dengan pengetahuan tentang komik yang jadi hobi bacaan si Anak. Minimalisir bahasan buku teks yang cenderung membuat bosan.


Oh iya, kalau Sahabat pengajar yang tidak tahu menahu tentang komik dan kartun, tidak perlu memaksakan diri dengan mengikuti komik atau kartun lho. Silahkan lihat potensi apa yang Sahabat miliki untuk masuk ke dalam dunia siswa. Mengetahui kegemaran dan kecenderungan siswa juga akan lebih baik. Jadi, setelah ini tidak harus beli komik Naruto ya? Hehe. Selamat Mengajar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar