Sebelumnya : Naruto Chapter 667
Kakashi benar-benar masih tak menyangka. "Apa kau benar-benar ingin.. membuka gerbang terakhir?" Kakashi tak ingin rival sekaligus sahabatnya itu melakukan pengorbanan seperti itu.
"Gai!! Jangan melakukannya!!" ucap MInato. Sama seperti Kakashi, ia juga tak ingin Gai melakukannya. "Pikirkanlah sebaik-baiknya!! Tak ada seorang pun di sini yang mau kau melakukannya!! Bahkan ayahmu.."
"Tak apa, aku akan melakukannya.." tekad Gai sudah benar-benar bulat. Tak ada lagi yang bisa mengubah keputusannya itu, keputusan yang mungkin merupakan salah satu keputusan paling sulit dalam dirinya.
"Gai-sensei, apa kau benar-benar yakin kalau sekaranglah waktu yang tepat untuk melakukannya!?" Lee melihat dengan wajah khawatir.
"Lee, jangan memasang wajah seperti itu!! Kali ini, lihat aku sambil tersenyum!!" ucap Gai sambil tersenyum seolah tak ada rasa penyesalan sama sekali, tak gentar meski sebentar lagi ia akan menggunakan teknik yang akan merengut nyawanya itu.
Naruto Chapter 668 - Awal Dari Musim Semi Merah
Mendengarnya, Lee malah menangis. Masih teringat jelas semua kenangan tentang guru Gai, terutama saat awal-awal mereka bertemu. "Kau sangat mirip denganku.." ucap guru Gai waktu itu.
"Dulu, aku juga tak bagus dalam apapun.. tapi sekarang, aku bisa bersaing dengan si elit jenius Kakashi, bahkan menang.."
"Kau akan membuktikan pada semua orang kalau kau bisa menjadi shinobi yang hebat bahkan meski tanpa ninjutsu dan genjutsu!! Itulah jalan ninjamu, kan?"
"Kurasa itu impian yang hebat, dan aku yakin usahamu tak akan sia-sia.."
"Kau harus yakin, kau pasti bisa melakukannya.."
Air mata Lee masih tetap mengalir, sementara kini tampak guru Gai sudah berlari, amju dan menancapkan jari jempol tangan kirinya ke bagian jantung, tempat titik terakhir berada. Lalu, seketika setelahnya, kedelapan gerbang chakra pun terbuka.
Dari kejauhan, Madara bisa merasakannya.
"Chakranya berpusat pada titik gerbangnya.."
"Membuka gerbang kedelapan!!"
"Bodoh kau Gai!!!" seorang bapak-bapak menampar pipi Gai kecil. Yah, flashback ke jauh beberapa tahun yang lalu, tampak ayah Gai menampar pipi anaknya.
Gai kecil tergeletak lemas di atas tanah. "Maaf.. ayah.." ucapnya. "Usiaku sudah genap 5 tahun, tapi aku bahkan belum bisa berlari keliling sekolah sebanyak 500 kali.." Gai kecil benar-benar menyesal.
"Jangan minta maaf!! Aku memarahimu bukan karena itu!!" ucap si ayah, dengan air mata yang mengalir dari bola matanya. "Jangan meminta maaf atas usaha yang telah kau lakukan!!"
"Ayah.."
"Gai!!"
Mereka berdua pun berpelukan. Dari kejauhan, tampak dua orang warga melihat dan berbisik tentang mereka. "Uh, lihat, lagi-lagi dua orang bodoh itu melakukannya.." ucap yang satu. "Tindakannya itu kekerasan terhadap anak-anak, kan? juga.. apa-apaan alis tebal itu??"
Ayah Gai mendengarnya, tapi sambil tersenyum, ia malah berteriak pada mereka berdua, "Terimakasih atas dukungannya!!" tanpa ada rasa tersinggung sama sekali.
"Ayah, mereka tidak mendukung kita.." ucap Gai.
"Dengar, Gai!! Masa mudamu baru saja dimulai!! Dan kau harus tetap memegang teguh semangat muda seperti ayahmu ini!!" ucap ayah Gai. "Sebenarnya, aku senang karena kau tak bisa menggunakan ninjutsu atau genjutsu.."
"Kalau kau mengetahui kelemahanmu, maka kau akan bisa fokus pada kelebihanmu!! Kemampuan Taijutsumu telah mulai bersinar!! Karena di usiamu yang sekarang, kau sudah mengetahui kelebihanmu!!"
Gai tersenyum, tapi perlahan, senyumannya itu mulai memudar. Gai merasa kalau ayahnya itu hanya ingin menghiburnya saja. "Ayah.. apa kau hanya ingin.."
"Kelemahanmu juga bisa kau jadikan kemampuan!!" ucap ayah Gai lagi dengan tetap bersemangat. "Bertele-tele berarti kau teliti, banyak bicara berarti kau periang, keras kepala berarti kau teguh pada pendirian!! Lalu orang yang egois.. mereka seperti kucing.."
"Lalu orang yang berbulu?"
"Mereka.. seperti kucing.."
"Lalu orang dengan tubuh yang panjang!?"
"Yah!! mereka seperti kucing!!"
Sama seperti tadi, tampak lagi dua orang membicarakan mereka. Kali ini, dua orang berpakaian shinobi, entah Chuunin atau Jounin. "Hei, Maito Dai, apa kau masih bermain-main dengan putramu?"
"Cocok sekali, untuk seorang genin abadi, hahaha!!" mereka mentertawakan ayah gai, Maito Dai, yang meski sudah tua namun tetap merupakan seorang genin.
"Oh, terimakasih atas dukungannya!!" lagi-lagi Dai tersenyum dan malah berterimakasih pada mereka. Namun Gai, diam-diam ia kesal, marah karena ayahnya selalu saja diolok-olok seperti itu.
Tak lama setelahnya, Gai pergi mencari dua shinobi tadi, lalu melempari mereka dengan kerikil. "Uukhh.." salah seorang dari mereka terkena sabetan Gai.
"Apa-apaan itu?" ucap kaget shinobi tadi.
"Hei, bukankah itu anaknya si Dai?"
"Apa yang kau lakukan, hah!?"
"Jangan coba-coba mengolok-olok ayahku lagi!!!" teriak Gai dengan penuh kekesalan. Namun pada akhirnya, Gai berakhir di rumah sakit. Yah, seorang anak kecil sepertinya tentu saja tak ada apa-apanya bagi dua shinobi dewasa.
Ayah Gai mengunjunginya lalu bertanya, "Gai, kenapa kau melakukannya?"
Gai memalingkan wajahnya, dan malah bertanya balik, "Kenapa.. ayah selalu saja optimis? Kapan masa muda ayah akan berakhir?"
Untuk sesaat, ayah Gai sempat terdiam, lalu ia menjawab, "Selama kau tidak membuangnya, masa muda tak akan pernah berakhir.."
"Jadi itu tetap tak akan berakhir walaupun kau mati!?" tanya Gai lagi.
"Apa yang kau bicarakan, Gai? Justry itulah puncak dari masa muda!! titik paling membara dalam hidupmu!!"
"Ayah, kau tak normal!!" Gai malah membentak ayahnya. "Bagaimana bisa kau bilang kalau kematian itu berhubungan dengan masa muda!? Tak ada yang bisa menjamin kalau aku akan bisa mengalahkan orang yang kuat hanya dengan mempercayainya, bahkan sampai aku mati sekalipun!! Sama seperti hari ini!!"
Dai terdiam, kemudian ia mengelus rambut putranya itu. "Kemenangan yang sebenarnya bukan saat kau menang melawan orang yang kuat.. melainkan saat kau mampu melindungi orang yang kau sayangi.."
Gai tertegun, lalu air mata menetes perlahan dari kelopak matanya. "Aku.. aku hanya.."
"Aku ingin melindungi masa muda yang selalu saja kau bicarakan itu!!"
Kata-kata Gai membuat ayahnya terharu, dan akhirnya mereka pun sama-sama mengalirkan air mata. Dai terharu, lalu mereka berpelukan.
Beberapa waktu setelahnya, setelah Gai sudah cukup umur, sang ayah memperlihatkannya suatu teknik, teknik yang belum pernah ia lihat sama sekali. "Ayah, apa itu?" tampak ayah Gai dilapisi oleh suatu uap yang membara.
"Ini disebut dengan Hachimon Tonkou, sebuah kinjutsu.." ucap Dai,
Dalam hati Gai kaget. "Ayah bisa melakukannya? sejak kapan dia.." Gai tak menyangka kalau ayahnya yang seorang genin bisa melakukan teknik keren seperti itu.
"Ini adalah satu-satunya teknik, yang seorang genin sepertiku bisa lakukan setelah terus berlatih selama 20 tahun.." ucap Dai. "Dengan kata lain, hanya ini yang bisa ayah ajarkan padamu!! Ini akan menjadi senjata spesial terkuatmu!!"
"Spesial!?"
"Kau akan menjadi sangat kuat! Tapi, terdapat aturan dalam menggunakan teknik ini!! aturanmu sendiri!!" ucapnya.
Pindah lagi ke masa lain, tampak Gai, serta dua anggota timnya, telah dikepung oleh musuh yang jumlahnya tujuh orang.
"Sial, kita dikepung.."
"Kita tak bisa kabur.."
"Mereka itu kan.. tujuh shinobi pembawa pedang dari Kirigakure!?"
Yah, memang tampak kalau yang mengepung mereka adalah kelompok mengerikan dari Kirigakure, tujuh shinobi pembawa pedang.
"Wah, sepertinya kami cukup terkenal.. sampai-sampai bocah dari desa lain pun tahu.." ucap salah seorang dari mereka.
"Apa yang bisa kita lakukan? tak ada kesempatan.." Gai dan teman-temannya tak tahu harus berbuat apa. Sampai akhirnya, orang itu pun muncul. "Sepertinya aku tepat waktu!!" ucapnya, yang tak lain merupakan ayah Gai.
"Ayah!?" Gai kaget. "Kau adalah seorang genin, apa yang kau lakukan di sini!?" Gai tak mengerti.
"Kalian semua larilah, aku akan mengulur waktu!!" ucap Dai.
"Lari!? Ayah, mereka itu kelompok Jounin!! Tak hanya itu, mereka juga adalah tujuh shinobi pembawa pedang dari Kirigakure!! Tak mungkin kau bisa menghentikan mereka!!"
"Aku telah.. menggunakan Hachimon Tonkou no Jin.." ucap ayah Gai.
"Tapi itu!?"
"Ini adalah aturanku.."
"Sekaranglah saatnya.."
Bhursttttt!!!!!!! flashback berakhir, dan tampak Gai telah benar-benar mengaktifkannya, gerbang terakhir dari teknik terkuatnya. "Membuka gerbang kedelapan!! Hachimon Tonkou no Jin!!!"
Masih tampak Lee meneteskan air matanya, namun ia berusaha untuk tegar, untuk tidak menjadi lelaki yang cengeng.
"Gai.. jadi kau benar-benar!?"
"Kenapa.." Minato tak habis pikir.
Dari kejauhan, dari udara, Madara yang melayang memperhatikan Gai. "Uap merah.. uap dari darah yang merupakan tanda kalau semua gerbang telah dibuka.." ucapnya.
"Huh, tapi melihatnya dari sini.. itu hanya tampak seperti warna daun musim gugur yang telah membusuk.. tak jauh beda dari daun yang berguguran.." Madara meremehkannya.
"Kau benar.." ucap Gai.
"Tapi.. daun itu tak hanya akan jatuh dan mati begitu saja.."
"Aku akan menjadi.. nutrisi bagi daun muda yang baru!!" ucap Gai. "Waktu ketika musim semi yang baru, serta pucuk daun yang baru bermunculan.. itulah puncak dari masa muda!! Inilah waktunya untuk jadi membara, Deep Crismon!!!"
Gai melesat, dengan tubuh yang membara layaknya diselimuti api. Dalam sekejap, ia sudah berada di hadapan Madara.
"Evening Elephant!!!" Gai melesatkan tekniknya.
Bersambung ke : Naruto Chapter 669
Tidak ada komentar:
Posting Komentar