Sebelumnya : Naruto Chapter 669
Naruto terbangun dari tidur panjangnya, terbangun di tempat misterius yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. "Dimana aku?" Naruto bertanya-tanya. "Apa aku.. sudah mati?"
"Mengapa berpikir kalau engkau telah mati?" ucap orang misterius yang berada tak jauh darinya. "Caramu memandang kematian sungguh berbeda dengan caraku dahulu.." ucapnya lagi.
"Anak muda, engkau pasti memiliki spirit yang maha besar hingga memandang kematian sesantai itu.."
"Siapa kau?" Naruto tak mengenal orang itu.
"Itu adalah pertanyaan yang realistis dalam situasi seperti sekarang ini, tapi aku khawatir jikalau pendapatmu akan berbeda dengan pendahulumu setelah dirimu mendengar namaku.."
"Aku adalah ia, orang yang telah membawa kedamaian dan perintah, namaku adalah Hagoromo.."
"Reaksimu.. diriku telah memprediksi bahwa reaksimu akan seperti itu.." ucap orang itu lagi, Hagoromo, lelaki tua yang duduk di atas bola-bola hitam yang melayang.
"Aku tak terlalu mengerti dengan apa yang dia katakan, apa dia itu kakek-kakek yang suka memberi ceramah pada orang-orang??" pikir Naruto. "Maaf pak tua, tapi aku.."
"Yah, kalau begitu.."
"Ah!! Matamu!!" Naruto baru menyadarinya, kakek itu memiliki mata yang sudah tak asing lagi baginya. "Rinnegan!!!" ucap Naruto.
"Engkau memiliki bakat dalam memandang seseorang, dan aku berharap hendaknya kau juga mampu mengerti kondisimu saat ini secara realistis.."
"Engkau belum mati.. ini adalah dunia yang berada di dalam pikiranmu.." kakek itu terus mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu dimengerti oleh Naruto. "Aku menyadari engkau pasti sudah tidak sabar lagi, namun akan jadi percuma saja jikalau engkau terburu-buru saat ini, wahai anak muda.."
"Pak tua ini bukan musuh, kan?" pikir Naruto lagi. "Tapi.."
Naruto kemudian membentaknya, "Sudah cukup!! Bisakah kau bicara dengan bahasa yang aku mengerti!?"
"Diriku adalah suatu anakronis, aliran waktu yang begitu panjang telah memberi perubahan yang penting terhadap tradisi dan budaya manusia, cara pandang dan etnis.."
"Ketika aku melakukan perjalanan waktu untuk bisa bertemu dengan transmigran, diriku mampu merasakan diskrepansi dalam nilai kita. Secara methologik, aku juga belajar budaya dan bahasa baru, tapi.."
"Daaah!!! Diam!!!" Naruto semakin kesal. "Aku tak punya waktu untuk mendengar perkataan kakek aneh sepertimu!!!" bentaknya lagi.
"Pemburuan kata-kata, serta berbagai jenis pembelajaran adalah hal yang ambigu. Jikalau dirimu hendaknya tidak mampu untuk sampai pada pengertian mutual karena sulit untuk menemukan suatu definisi, maka aku akan membuka pengetahuan idealistik dan pemikiran materialistiku serta bicara dengan cara yang mudah.."
"Apa kau ini alien atau semacamnya, hah?" ucap Naruto. "Aku bisa merasakan kalau kau itu punya kharisma, tapi.."
"Yah, itu terlalu berlebihan, kan? Ehm.." kakek itu kemudian mengubah logatnya. "Aku ini alien? yang benar saja, hahaha! Tapi kurasa itu cukup masuk akal juga sih.."
"Eh!?" Naruto kaget.
"Kau masih belum mengerti juga?" tanya kakek Hagoromo. "Aku tak berharap percakapan kita menjadi begitu kompleks.."
"Tidak, caramu bicara sekarang sudah bisa kumengerti!! Aku hanya kaget karena perubahannya begitu tiba-tiba.."
"Oh, benarkah?? Jadi sekarang aku hanya perlu bicara seperti ini, kan? yeah!!"
"Aha.. tapi.. aneh saja, caramu bicara tak cocok dengan penampilanmu.." ucap Naruto. "Kharismu tiba-tiba saja menghilang.." ucapnya dalam hati.
"Kurasa kau harus membuang sedikit perasaan kompleks itu, atau kau akan terdengar seperti orang bodoh.." saran Naruto.
"Bukankah itu terlalu berlebihan? siapa yang kau sebut bodoh, hah!? Yah, kurasa itu memang pantas kudapat kalau bicara seperti itu.. jadi apa sekarang cara bicaraku sudah agak baikan?"
"Ya!! Begitu saja!! Aku tak keberatan dengan itu, kurasa sekarang aku sudah mengerti.."
"Huft, akhirnya sekarang kita bisa bicara dengan baik.. ngomong-ngomong, kau ini siapa? Kau tahu banyak tentang tempat ini, jadi bisakah kau memberitahuku bagaimana cara untuk bisa keluar dari sini?"
"Jangan menanyaiku terlalu banyak pertanyaan secara bersamaan.. di masa lalu, aku sudah mati. Aku adalah seorang pendeta, dalam bentuk chakra yang melayang, melakukan perjalanan antar generasi untuk melihat ninshuu akan menjadi seperti apa.."
"Namaku adalah Hagoromo, dan sebagai pendiri ninshuu, aku juga dikenal sebagai Rikudo Sennin.."
Ya, kakek itu tak lain adalah Rikudo Sennin.
"Eeh!? Kau yang dibicarakan oleh petapa genit dan Nagato!?" Naruto kaget.
"Oh, jadi kau tahu aku?" ucap kakek itu, Rikudo Sennin.
"Kau adalah orang yang menciptakan ninjutsu, kan!?"
"Bukan ninjutsu, melainkan ninshuu.." ucap Rikudo Sennin. "Ninshuuku dibuat untuk menciptakan harapan, jangan samakan dengan ninjutsu yang dibuat untuk menciptakan perang.." jelasnya.
"Ngomong-ngomong, kalau kau memang Rikudo Sennin, ada banyak hal yang kutanyakan, tapi pertama-tama.."
"Kau mengingatkanku dengan putraku, Ashura.." ucap Rikudo Sennin. Ia mencelupkan tongkatnya ke air yang ada di bawah mereka. Lalu saat Naruto menatap ke bayangannya yang ada di air, terlihat sosok putra bungsu Rikudo Sennin, Ashura.
"Yah, kurasa sekarang adalah saat yang tepat, ada sesuatu yang ingin kupercayakan padamu.." ucap Rikudo Sennin.
"Ashura? percayakan??" masih ada banyak hal yang tak Naruto mengerti. "Berhenti mengatakan hal-hal yang aneh, keluarkan saja aku dari sini.." ucapnya.
"Maaf, tapi itu bukanlah sesuatu yang bisa kulakukan.. itu tergantung dari apa yang dilakukan oleh orang yang ada di luarmu, aku hanya bisa memberitahumu.."
"Lagi-lagi aku tidak mengerti.." ucap Naruto.
"Intinya percuma saja kalau kau bebas sekarang. Untuk itu, aku akan memintamu.. bukan, kaulah yang bertanya padaku.. pertama-tama, mengenai ibu dan putra-putraku.."
"Sebagai ibu, Kaguya Ootsuki datang ke tanah kalian dari negeri yang sangat jauh.. dia datang untuk mengambil buah pohon suci.." Rikudo Sennin mulai bercerita. "Itu adalah pohon suci yang kau lihat dalam perang ini.. dan buahnya terbuat dari chakra.."
"Kaguya memakan buah itu, dan dengan kekuatan yang didapatnya, ia bisa menguasai dunia.."
"Dari mana Kaguya berasal? apa dia lebih kuat darimu? apa benar ibu-ibu itu mengerikan kalau mereka marah??" tanya Naruto.
"Darimana dia berasal bukanlah sesuatu yang penting.. dia itu kuat, lebih kuat dari siapapun. Orang-orang menganggap ibuku sebagai dewa, sekaligus iblis.. mereka memuja sekalikus takut padanya.."
"Kaguya kemudian melahirkan dua anak, dimana aku adalah salah satu dari mereka. Untuk mendapat pengampunan dari dosa ibu kami, aku dan saudaraku bertarung melawan Juubi, yang merupakan inkarnasi dari pohon suci, dan kemudian menyegelnya dalam tubuh kami.."
"Pohon suci berjuang untuk mendapatkan kembali buah chakra yang telah dicuri darinya. Kemudian, aku juga memilikii dua orang anak, yang lebih tua kunamai Indra dan adiknya Ashura.. aku mengajari mereka ninshuu.."
"Akan tetapi, mereka memiliki perbedaan yang sangat besar. Yang satu memiliki gen chakraku yang kuat sementara yang satunya lagi tidak, perbedaannya benar-benar jauh.."
"Lagi-lagi menjadi rumit, dengan kata lain saja.." pinta Naruto.
"Pada dasarnya, sang kakak, Indra memiliki kemampuan yang sangat hebat, sementara Ashura kemampuannya sangat buruk.."
"Sangat buruk.. padahal dia putra Rikudou Sennin.." ucap Naruto.
"Mungkin tak seharusnya aku mengatakan ini, tapi.. tak peduli seberapa hebat orangtua, anak mereka tak akan langsung mewarisi semua potensi mereka begitu saja, aku yakin kau pasti mengerti mengerti hal itu.. karena kau juga begitu kan, Naruto?"
"Kurasa memang begitu.." ucap Naruto, teringat dengan orangtuanya.
"Kau benar-benar mengingatkanku akan Ashura, juga hal-hal yang telah kau lakukan.." ucap Rikudo Sennin lagi.
"Hm?? yang kulakukan??"
"Indra dan Ashura berjalan di jalan yang berbeda.." ucap Rikudo Sennin.
"Indra yang terlahir dengan kekuatan mata dan kemampuan bertarung yang hebat dianggap sebagai anak jenius.. dia melakukan semua yang ia mau dan mengerti kalau kekuatannya itu spesial dan berbeda dari orang-orang.. dia juga sadar kalau kekuatan bisa membuat apapun menjadi nyata.."
"Di sisi lain, Ashura tak bisa melakukan segala sesuatu dengan baik, bahkan sejak ia masih kecil.. ia tak bisa melakukan apapun seorang diri. Untuk bisa menyandingi kekuatan kakaknya, ia butuh banyak usaha, serta dukungan dari orang lain.."
"Setelah melewati latihan yang sangat keras, chakra dalam dirinya mulai mekar.. akhirnya ia memperoleh kekuatan yang sama dengan kakaknya.. dia juga sadar kalau kerja sama dan bantuan dari orang lainlah yang membuatnya menjadi kuat.."
"Ia mengerti arti dari menjaga orang lain, dan sadar kalau cinta bisa membuat segalanya menjadi nyata.."
"Dari jalan yang Ashura tempuh, aku bisa melihat adanya kemungkinan.."
"Aku memecah kekuatan Juubi yang ada dalam diriku, kemudian memberikan nama pada tiap bagiannya.. aku percaya kalau hubungan yang disebut dengan kerja sama adalah kekuatan yang sesungguhnya.."
"Aku juga menjadikan Ashura sebagai pewaris ninshuu, jadi dia bisa mempimpin orang-orang, dan kupikir kakaknya Indra juga akan mau bekerja sama, namun.."
"Indra tak bisa menerimanya, dan sejak saat itu semuanya dimulai.. perang yang panjang.."
"Meskipun tubuh mereka telah hancur, chakra mereka tetap tidak menghilang, berpindah dari waktu ke waktu, terus menerus.." jelas Rikudo Sennin.
"Seperti kerasukan arwah, ya.. lalu, siapa yang ia rasuki sekarang?" tanya Naruto, lalu Rikudo Sennin menjawab, "Kau, Naruto.. kaulah reinkarnasi dari sang adik, Ashura.."
Bersambung ke : Naruto Chapter 671
Tidak ada komentar:
Posting Komentar